Pemanfaatan Tumbuhan Lokal secara Tradisional dalam Peningkatan Ketahanan Pangan oleh Suku Dayak Iban di Desa Mensiau, Kalimantan Barat

Authors

  • Wahyuningyan Arini Betung Kerihun and Danau Sentarum National Park, Ministry of Environment and Forestry
  • Venza Rhoma Saputra
  • Harri Ramadani

DOI:

https://doi.org/10.21776/ub.biotropika.2021.009.01.05

Abstract

Suku Dayak Iban Desa Mensiau merupakan masyarakat asli Kalimantan Barat yang tinggal di daerah penyangga kawasan konservasi, yaitu Taman Nasional Betung Kerihun. Masyarakat tersebut memanfaatkan sumber daya hutan, baik di dalam maupun luar kawasan konservasi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penelitian ini bertujuan menganalisis pemanfaatan tumbuhan lokal sebagai bahan pangan oleh suku Dayak Iban Desa Mensiau. Penelitian dilakukan dengan metode wawancara secara mendalam terhadap 40 orang (10%) penduduk Desa Mensiau. Pengetahuan masyarakat mengenai tumbuhan lokal yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan diwariskan secara turun-temurun. Terdapat 17 jenis tumbuhan lokal yang dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Tumbuhan pantu atau ransa (Astrocaryum sp.) paling banyak dimanfaatkan sebagai makanan. Daun, batang muda atau umbut, dan tunas merupakan bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan sering diolah dengan cara dimasak sesuai dengan selera. Tumbuhan lokal yang dapat dikonsumsi dipercaya memiliki khasiat sebagai obat sakit perut dan hipertensi. Tumbuh-tumbuhan lokal tersebut dilestarikan oleh suku Dayak Iban Desa Mensiau dengan cara dibudidayakan, terutama jenis sawi hutan, pantu atau ransa, sagu, dan melinjo. Konservasi jenis tumbuhan lokal dan kearifan lokal harus terus dikolaborasikan dan dijaga dalam meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia.

References

Sisilahi M, Nisyawati, Anggraeni R (2018) Studi Etnobotani Tumbuhan Pangan yang Tidak Dibudidayakan Oleh Masyarakat Lokal Sub-Etnis Batak Toba di Desa Peadungdung Sumatera Utara Indonesia. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 8(2): 241-250. doi: 10.29244/jpsl.8.2.241-250.

Enirawan H. S, Juanda B, Rustiadi E (2014) The Development of Institutional Models for Community Food Security in West Nusa Tenggara (Ntb) Province- Indonesia. IOSR Journal of Humanities and Social Science 19(7): 9–15. doi: 10.9790/0837-19710915.

Zikri M, Hikmat A, Zuhud E (2016) Retensi pengetahuan tumbuhan pangan etnik rejang di Kampung Rindu Hati dalam ketahanan pangan. Media Konservasi 21(3): 270-277. doi: 10.29244/medkon.21.3.270-277.

Campos J, de Lima Araújo E, Gaoue O, Albuquerque U (2018) How can local representations of changes of the availability in natural resources assist in targeting conservation?. Science of the Total Environment 628–629:642–649. doi: 10.1016/j.scitotenv.2018.02.064.

Syarief R, Sumardjo, Fatchiya A (2014) Kajian model pemberdayaan ketahanan pangan di wilayah perbatasan antar negara. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 19(1): 9–13. ISSN 0853–4217.

Pieroni A, Dibra B, Grishaj G, Grishaj I, Macai S (2005) Traditional phytotherapy of the Albanians of Lepushe. Northern Albanian Alps. Fitoterapia 76:379-399. doi: 10.1016/j.fitote.2005.03.015.

Sujarwo W, Arinasa IBK, Salomone F, Caneva G, Fattorini S (2014) Cultural erosion of Balinese indigenous knowledge of food and nutraceutical plants [abstract]. Economic Botany 68(4): 426-437.

Voeks R, Leony A (2014) Forgetting the forest: assessing medicinal plant erosion in eastern Brazil. Economic Botany 58(1): 294-306. doi: 0.1663/0013-0001(2004)58[S294:FTFAMP]2.0.CO;2.

Nuryanti A (2015) Sumber Daya Genetik dan Pengetahuan Tradisional Terkait Sumber Daya Genetik untuk Kemakmuran. MMH 4(4): 405-414. doi: 10.14710/mmh.44.4.2015.405-414.

Dewi G, Ginting A. (2012). Antisipasi Krisis Pangan Melalui Kebijakan Diversifikasi Pangan. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik 3(1) 65 - 78. doi: 10.22212/jekp.v3i1.172.

Zuhud E, Hikmat A (2010) Field guide tumbuhan obat Kampus Konservasi keanekaragaman Hayati IPB Dramaga. Bogor. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Rauf A, Lestari M (2009) Pemanfaatan komoditas pangan lokal sebagai sumber pangan alternatif di Papua. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28(2): 54-62. doi: 10.21082/jp3.v28n2.2009.p54%20-%2062.

Margarethy I, Yahya, Salim M (2019) Kearifan lokal dalam pemanfaatan tumbuhan untuk mengatasi malaria oleh pengobat tradisional di Sumatera Selatan. Journal of Epidemiology and Communicable Diseases 2(5): 40-48. doi: 10.22435/jhecds.v5i2.2088.

Nulfitriani, Pitopang R, Yuniati E (2013) Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Obat Tradisional Pada Suku Tolitoli di Desa Pinjan Sulawesi Tengah. Biocelebes 7(2): 1-8. ISSN: 1978-6417.

Irawan Y, Fitmawati, Herman (2013) Pengetahuan tumbuhan obat dukun Sakai Desa Sebangar Duri Tiga Belas dan Desa Kesumbo Ampai Duri Kabupaten Bengkalis. Biosantifika 5(1), 30-35. doi: 10.15294/biosaintifika.v5i1.2571.

Haryono D, Wardenaar E, Fathul Y (2014) Kajian etnobotani tumbuhan obat di Desa Mengkiang Kecamatan Sanggau Kapuas Kabupaten Sanggau. Jurnal Hutan Lestari 2(3), 427-434. doi: 10.26418/jhl.v2i3.7575.

Seethapathy G, Ravikumar K, Paulsen B, de Boer H, Wangensteen H (2018) Ethnobotany of dioecious species: traditional knowledge on dioecious plants in India. Journal of Ethnopharmacology 221: 56-64. doi: 10.1016/j.jep.2018.04.011.

Bangsawan I (2012) Hutan sebagai penghasil pangan untuk ketahanan pangan masyarakat: Studi kasus di Kabupaten Sukabumi. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan 9(4): 185–97. doi: 10.20886/jsek.2012.9.4.185-197.

Rosyadi, Purnomo D (2012) Tingkat ketahanan pangan rumah tangga di desa tertinggal. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi dan Pembangunan 13(2): 303-315. doi: 10.23917/jep.v13i2.176

Downloads

Published

2021-04-18

Issue

Section

Articles