Diversitas, Pemetaan, dan Persepsi Masyarakat terhadap Herpetofauna Diurnal di Wana Wisata Rowo Bayu, Kabupaten Banyuwangi

Authors

  • Anggun Sausan Firdaus Jurusan Biologi Fakultas MIPA
  • Alifah Nur Rahmawati
  • Erintha Eka Wardani
  • Mulyadiane Meishinta Putri
  • Bagyo Yanuwiyadi

Abstract

Wana Wisata Rowo Bayu berada di kawasan hutan Petak 8, Forest Resort Songgon, Hutan Rogojampi, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Rowo Bayu berada pada ketinggian 630 meter diatas permukaan laut dan memiliki 3 sumber air dan rowo, sehingga menjadikan wilayah tersebut memiliki kelembaban udara yang tinggi.Kondisi tersebut memungkinkan untuk beberapa jenis hewan dapat hidup, terutama kelompok herpetofauna. Sampai saat ini, belum banyak penelitian tentang herpetofauna di kawasan tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat terhadap konservasi herpetofauna, mendeskripsikan diversitas, memetakan persebaran dan deskripsi habitat, serta menentukan karakteristik herpetofauna diurnal di Wana Wisata Rowo Bayu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi wawancara semi terstruktur, morfometri,Visual Encounter Survey (VES), dan fences trap.Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 4 titik lokasi penting ditemukannya berudu yaitu Rowo Bayu, Sumber Kamulyan, Sumber Dewi Gangga, dan Sumber Kaputren,  serta 1 titik yang merupakan mikrohabitat Microhyla. Spesies yang didapatkan dari fences trap adalah Huia masonii(Boulenger, 1884). Famili yang didapatkan darimetode VES yaitu 3 famili dari kelas anura yaitu Microhylidae, Ranidae, dan Dicroglossidaedan 4 famili dari kelas reptil yaituScincidae, Agamidae, Colubridae, dan Natricidae. Kawasan Wana Wisata Rowo Bayu didominasi oleh berudu dari genus Microhyla. Hasil analisis Principal Component Analysis (PCA) menunjukkan ciri karakteristik Eutropismultifasciata adalah Snout Vent Length (SVL), ciri karakteristik Hylarana rufipes adalah Hind Limb Length (HLL), tetapi ciri karakteristik Microhyla achatina tidak diketahui karena ukuran tubuh sangat kecil. Berdasarkan hasil wawancara, seluruh responden mendukung upaya konservasi dengan cara tidak merusak atau mengganggu habitat herpetofauna.

References

Mertha, W. 2014. Rowo Bayu sebagai Objek Pariwisata Sejarah Kabupaten Banyuwangi, Jurnal Ilmiah Progresif., 11, 31.

Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali-Seri Panduan Lapangan. Puslitbang LIPI. Bogor.

Inger, R.F. dan H.K. Voris. 2001. Biogeographycal Relations of the Frog and Snake of Sundaland. Journal of Biogeography. 28: 863-891.

Nichols, J.D., T.J.E. Boulinier, K.H. Hines, dan J.R. Pollock. 1998. Estimating rates of local species extinction, colonization and turnover in animal communities. Journal of Ecological Application. 8(4): 1213-1225.

Heyer, W.R., M.A. Donnelly, R.W. McDiarmid, L.C. Hayek, dan M.S. Foster. 1994, Measuring and Monitoring Biological Diversity: Standard Methods for Amphibians. Smithsonian Institution Press. Washington.

Gibbon, J.W. dan R.D. Semlitch. 1981. Terestrial Drift Fences With Pitt Fall Trap An Effective Technique For Quantitative Sampling Of Animal Population. Brimleyana 7:1-16.

Kurniawan, N., T.H. Djong, M.M. Islam, T. Nishizawa, D.M. Belabut, Y.H. Sen, R. Wanichanon, I. Yasir, dan M. Sumida. 2011. Taxonomic Status of Three Types of Fejervarya cancrivora from Indonesia and Other Asian Countries Based on Morphological Observations and Crossing Experiments. Zoological Science. 28: 12-24.

Hakim, L. 2014. Etnobotani dan Manajemen Kebun-Pekarangan Rumah: Ketahanan Pangan, Kesehatan dan Agrowisata.Selaras. Malang.

Mitchell, T. 2005. Web Mapping Illustrated : Using Open Source GIS Toolkits. O’reilly Media, Inc. New York.

Kusrini, Mirza D. 2013. Panduan BergambarIdentifikasi Amfibi Jawa Barat. Fakultas Kehutanan IPB dan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati. Bogor.

Iskandar, D.T. 1998. The Amphibians of Java and Bali. Research and Development Center for Biology – LIPI. Bogor

Downloads

Published

2016-12-30

Issue

Section

Articles